Kalau dulu demonstrasi sering dikaitkan dengan aksi masyarakat untuk menuntut perubahan, sepertinya demonstrasi yang sekarang ini lebih sering menimbulkan reaksi negatif masyarakat. Pasalnya sudah beberapa kali demonstrasi akhirnya justru berakhir rusuh dan merugikan masyarakat banyak.
Sejatinya demonstrasi memang cara berekspresi dan menyampaikan aspirasi terhadap pemerintahan. Tentu saja hal ini wajar, karena untuk menciptakan perubahan, diperlukan orang yang mau bergerak untuk mencetuskan perubahan demi kesejahteraan dan kebaikan masyarakat Indonesia. Yang tidak wajar itu kalau demonstrasi akhirnya justru bersifat rusuh dan merusak akhirnya merugikan rakyat.
Demostrasi yang dilakukan di jaman sekarang, sudah banyak kehilangan ketulusan, tujuan dan arahnya. Coba kita renungi hal-hal dalam foto berikut ini:
Sebenarnya mau merusak apa mau mengubah negeri ini jadi lebih baik sih?
Para pelaku demo meminta suaranya didengarkan dengan mengatasnamakan rakyat, tapi mereka tidak mendengarkan opini rakyat yang harus merugi karena tokonya dirusak, mobilnya dibakar, atau jadi terlambat bekerja gara-gara jalan ditutup. Demonstrasi memang menjadi hak masyarakat, tapi berangkat bekerja, membuka toko, dan sejenisnya juga hak mereka. Mendengar hak orang lain saja ogah, kok minta didengarkan haknya?
2. Demo yang tidak terorganisir bisa menimbulkan kemacetan
Demo seharusnya kondusif dan tidak merugikan orang lain
Demonstrasi itu tidak sekedar mengumpulkan masa, kemudian bergerombol turun ke jalanan. Tidak sekedar teriak-teriak dan memblokade jalan. Apalagi sampai merusak fasilitas, mengganggu kepentingan umum, hingga melukai orang lain. Yang seperti ini sebenarnya wajar jika ditindak tegas.
3.Demo kok mencelakai orang, situ agen perubahan apa preman?
Seharusnya sih demonstrasi itu untuk menyerukan pendapat, tapi kalau mau berkelahi mending ke ring tinju aja. Tinju aja masih ada aturannya.
Demonstrasi itu tujuannya harus jelas dan berasal dari hati yang suci, bersih, dan murni demi kepentingan masyarakat. Bukan demi ‘uang saku’, atau ‘nasi bungkus’ yang dibagikan seseorang agar mau demo. Kalau niat, tata cara dan etikanya bagus, pasti akan mendapatkan dukungan dan simpati dari setiap lapisan masyarakat. Dengan demikian, tujuan awal dilaksanakannya demo juga lebih bisa terlaksana. Dan yang pasti, tidak anarkis
4. Merusak fasilitas umum
Kalau mau demo kenaikan BBM itu protesnya ke DPR, bukan ke pom bensinnya
Lebih miris lagi kalau yang turun demo ternyata mahasiswa tapi masih saja anarkis seperti merusak fasilitas umum. Mahasiswa itu simbol intelektual, maka sudah sewajarnya bisa berbicara, bertindak dan bertingkah laku dengan bijak. Seorang mahasiswa tentu tahu bahwa setiap akan melakukan sesuatu itu ada tata caranya, tidak langsung grudak-gruduk asal berangkat. Sama seperti menulis makalah, ada pendahuluan, latar, belakang, metode, baru isi. Sama seperti demo, ada urutan, tata cara dan etikanya. Bahkan, ada triknya juga agar tujuan bisa tercapai. Tinggal gunakan saja skill sosial dan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah.
Mungkin masyarakat Indonesia perlu belajar lagi tentang apa itu demonstrasi dan bagaimana demo yang baik dan efektif itu seharusnya. Tidak cuma bikin kerusuhan lalu masuk TV. Apa gunanya demo jika akhirnya hanya capek, kepanasan, atau ditangkap gara-gara rusuh. Malah rugi sendiri.
Jangan mau ditunggangi pihak yang berkepentingan atau provokator. Yang capek pendemo, yang dapat untung si provokator. Ujung-ujungnya tetap saja negara dan seluruh masyarakatnya yang sengsara.
Mari kita berdemonstrasi untuk tujuan yang pasti dan tentunya, untuk kebaikan negeri ini bukan merusak negeri sendiri.
Jangan mau ditunggangi pihak yang berkepentingan atau provokator. Yang capek pendemo, yang dapat untung si provokator. Ujung-ujungnya tetap saja negara dan seluruh masyarakatnya yang sengsara.
Mari kita berdemonstrasi untuk tujuan yang pasti dan tentunya, untuk kebaikan negeri ini bukan merusak negeri sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar